IQNA

Surah-Surah Alquran/ 90

Syarat untuk Mencapai Kebahagiaan Tertinggi

10:49 - July 02, 2023
Berita ID: 3478585
TEHERAN (IQNA) - Manusia memiliki satu tujuan akhir untuk diri mereka sendiri dan itu adalah untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna dan abadi. Meskipun ini adalah tujuan bersama, namun manusia memilih cara yang berbeda untuk mencapainya.

Surah ke-90 Alquran disebut "Al-Balad". Surah dengan 20 ayat ini berada di juz ketiga puluh. Balad, yang merupakan salah satu surah Makkiyah, adalah surah ke-35 yang diturunkan kepada Nabi (saw).

Al-Balad" berarti tanah dan kota. Di ayat pertama surah ini, Allah bersumpah dengan "kota" yang mengacu pada kota Makkah.

Fokus utama surah ini adalah menjelaskan fakta bahwa manusia tidak memiliki kenyamanan dan kedamaian tanpa kesulitan dan ketidaknyamanan di dunia ini dari saat awal kehidupan hingga kematian, dan kebahagiaan dan kenyamanan sempurna tanpa kesulitan hanya mungkin terjadi di dunia selanjutnya.

Sumpah dengan kota Makkah adalah untuk mengungkapkan kebesaran dan kesuciannya. Kemudian disebutkan tentang penciptaan manusia dan bahwa hidupnya disertai dengan penderitaan dan kesulitan.

Pekerjaan manusia yang paling sulit tetapi paling berharga adalah membebaskan budak, memberi makan dan membantu orang miskin, dan Allah telah menyebut orang baik sebagai "Ashhab Maimanah" (Ashhab Yamin, ahli surga) dan pelaku kejahatan sebagai "Ashhab Masy’amah", " (Ashhab Syimal, penghuni Neraka).

Surah dimulai dengan frasa "La' Uqsimu" dan di ayat kedua, disebutkan kehadiran Nabi Islam (saw) di Makkah. Menurut sebagian besar ahli tafsir, kalimat ini sebagai sumpah, dan alasan sumpah tersebut adalah kesucian dan kebesaran Makkah, serta kehadiran Nabi Islam (saw) di kota itu.

Menurut kelompok yang lain, menafsirkan kata "La Uqsimu" secara lahiriah; berdasarkan hal tersebut, makna ayat ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana bisa seseorang bersumpah demi Makkah; namun, wahai Nabi! Mereka tidak menghormatimu di sana."

Ayat ini telah dibandingkan dengan ayat "Fala Uqsimu bi Mawaqi'i an-Nujum, lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang". (QS. Al-Waqi’ah: 75). Di zaman Jahiliah, mereka biasa bersumpah demi bintang, dan Tuhan melarang ini. Dalam surah "Al-Balad" juga disebutkan bahwa orang musyrik menghormati Makkah tetapi tidak menghormati Nabi Islam (saw).

Sumpah kepada “Dan demi bapak dan anaknya” pada ayat ketiga, menguatkan pandangan ini. Hal ini seperti sumpah demi kota Makkah telah dilarang dengan sumpah demi "Bapak" dan "Anak" yang telah menggantikannya. Menurut beberapa mufasir, "ayah" di sini adalah Ibrahim (as) dan putranya adalah Ismail (as) atau Nabi Islam (saw).

Hubungan antara sumpah ini dengan ayat berikutnya yang mengatakan: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS. Al-Balad: 4) adalah karena pada masa itu banyak kesulitan untuk mencapai Makkah dan Rumah Allah. Ada banyak kesulitan untuk berada di jalan Tuhan dan mencapai Tuhan, dan syarat untuk mencapai kebahagiaan adalah bertahan dan mengatasi kesulitan tersebut. (HRY)

captcha