“Para pelaku perdagangan manusia menerima uang dalam jumlah besar dari pengungsi Rohingya untuk mengangkut mereka dari kamp pengungsian di Bangladesh ke negara lain, terutama Malaysia. Padahal perjalanan ini selalu dibarengi dengan resiko tenggelam, tanpa ada yang tahu nasib orang-orang tersebut,” menurut Iqna, mengutip situs GBC News.
Menurut PBB, jumlah orang yang melakukan perjalanan laut berbahaya ke Malaysia meningkat.
Menurut statistik Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, pada tahun 2022 setidaknya 348 orang Rohingya telah meninggal atau hilang di laut. Akibat dari situasi ini, tahun lalu menjadi salah satu tahun paling berdarah sejak 2014 bagi etnis minoritas ini.
Menurut para pengungsi Rohingya, orang-orang ini tidak memiliki kehidupan yang aman di Bangladesh dan mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja, yang membuat mereka mengambil risiko dan mengalami perjalanan laut dan bahayanya untuk mencari kondisi yang lebih baik. (HRY)